BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu
sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte
tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu
yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada
abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan
perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori
sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban
manusia. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan
pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi
dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti
pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas,
tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara
lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg
Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin (semuanya berasal dari Eropa.
Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari
masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.
B. Rumusan
Masalah
1) Bagaimana
sifat hakikat sosiologi?
2) Apa
saja metode dalam sosiologi?
3) Bagaimana
sejarah perkembangan sosiologi?
4) Bagaimana
hubungan sosiologi dengan ilmu sosial lainnya?
5) Bagaimana
sejarah sosiologi pendidikan?
C. Tujuan
Setelah
mempelajari materi pada makalah ini kita diharapkan mampu :
1) Menjelaskan
sifat hakikat sosiologi.
2) Menjelaskan
metode dalam sosiologi.
3) Mendeskripsikan
sejarah perkembangan sosiologi.
4) Menjelaskan
hubungan sosiologi dengan ilmu sosial lainnya.
5) Mendeskripsikan
sejarah sosiologi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Sosiologi
1. Pengertian
Sosiologi
a. Pengertian
secara etimologis
Secara
etimologi sosiologi berasal dari kata socious (Latin) yang artinya “kawan atau
teman” dan logos (Yunan) yang artinya “kata, berbicara, atau ilmu”. Dengan
demikian sosiologi berarti berbicara atau ilmu tentang kawan. Kawan dalam hal
ini merupakan hubungan antar manusia, baik secara individu maupun kelompok, yang
meliputi seluruh macam hubungan, baik yang mendekatkan maupun yang menjauhkan.
Jadi sosiologi adalah ilmu tentang berbagai hubungan antar manusia yang terjadi
dalam masyarakat. Hubungan antar masyarakat disebut hubungan sosial.
b. Pengertian
menurut ahli, antara lain :
1) Van
der Zanden berpendapat bahwa sosiologi merupakan studi ilmiah tentang interaksi
antar manusia.
2) Rouck
dan Warren mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan
antar manusia dalam kelompok.
3) Pitirim
A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari :
a) Hubungn
dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala social, misalnya gejala
ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hokum dengan ekonomi, gerak
masyarakat dengan politik, dan sebagainya.
b) Hubungan
dan pengaruh timbal balik antara gejala social dengan gejala nonsosial,
misalnya pengaruh iklim terhadap watak manusia, pengaruh kesuburan tanah
terhadap pola migrasi, dan sebagainya.
c) Ciri-ciri
umum dari semua jenis gejala social yang terjadi dalam masyarakat.
4) Auguste
Comte, menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang terutama mempelajari manusia
sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan
sesamanya.
2. Objek
Kajian Sosiologi
Objek kajian sosiologi
adalah masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti
kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut mencakup keluarga etnis atau suku
bangsa, komunitas pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, agama ,
politik, budaya, bisnis, dan organisasi lannya (Ogburn dan Nimkoff, 1959: 13;
Horton dan Hunt, 1991:4). Dengan demikian, objek kajian sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut
hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam
masyarakat. Adapun unsur-unsur dalam masyarakat tersebut diantaranya adalah
manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, dan
kesadaran akan satu-kesatuan.
Manusia senantiasa
mempunyai naluri yang kuat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Semenjak
dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawan sehingga dia
disebut social animal. Sebagai social animal manusia mempunyai naluri yang
disebut gregariousness.
Sehingga manusia
memiliki dua hasrat dalam dirinya, yaitu :
a) Keinginan
untuk menjadi satu dengan sesamanya misalnya masyarakat.
b) Keinginan
untuk menjadi satu dengan lingkungan alam sekelilingnya.
Untuk dapan menghadapi dan menyesuaikan
didri dengan kedua lingkungan tersebut, yakni lingkungan social dan lingkungan
alam, manusia mempergunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya.
Suatu
masyarakat sebenarnya suatu sistem adaptip, karena masyarakat merupakan wadah
untuk memenuhi berbagai macam kepentingan dan kebutuhan untuk bertahan hidup.
3.
Perubahan Sosial sebagai Inti Kajian Sosiologi
Sosiologi merupakan studi mengenai masyarakat dalam
suatu system sosial. Di dalam sistem sosial tersebut, masyarakat selalu
mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa prubahan yang kcil sampai
pada taraf perubahan yang sangat besar yang mampu memberikan pengaruh yang
besar bagi aktivitas atau perilaku manusia. Perubahan dapat mencakup aspek yang
sempit maupun yang luas. Aspek yang sempit dapat meliputi aspek perilaku dan
pola piker individu. Aspek yang luas dapat berupa perubahan dalam tingkat
struktur masyarakat yang nantinya dapat memengaruhi perkembangan masyarakat di
masa yang akan datang.
Terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu
dalam jangka waktu yang berlainan. Untuk itu, konsep dasar mengenai perubahan
sosial menyangkut tiga hal, yaitu :
1. Studi
mengenai perubahan. Artinya bahwa untuk dapat melakukan studi perubahan social, kita harus
melihat adanya perbedaan atau perubahan kondisi objek yang menjadi focus studi.
2. Studi
harus dilakukan pada waktu yang berbeda. Dengan kata lain kita harus melibatkan studi
komparatif dalam dimensi waktu yang berbeda.
3. Pengamatan
pada system social yang sama. Artinya objek yang menjadi focus studi komparasi tersebut haruslah
objek yang sama.
Sebagai contoh kita akan mempelajari mengenai perubahan social di
Jakarta. Untuk keperluan ini, kita harus menentukan konteks waktu pengamatan,
membandingkan kondisi Jakarta pada dua waktu yang berbeda.
4. Sifat
hakikat sosiologi
Sebagai ilmu yang murni pada hakikatnya
sosiologi adalah sebagai berikut :
1) Sosiologi
merupakan suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun
ilmu pengetahuan kerohanian. Pembedaan tersebut bukanlah pembedaan mengenai
metode, tetapi menyangkut pembedaan isi, yang gunanya untuk membedakan
ilmu-ilmu pengetahuan yang bersangkut-paut dengan gejala-gejala alam dengan
ilmu-ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gejala-gejala kemasyarakatan.
2) Sosiologi
bukan merupakan didiplin yang normatif, tetapi merupakan suatu disiplin yang
kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi saat ini
dan bukan mengenai apa yang terjadi atau
seharusnya terjadi.
3) Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science) dan bukan merupakan ilmu
pengetahuan terapan atau terpakai (applied science). Tujuan sosiologi adalah
untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat, dan
bukan untuk mempergunakan pengetahuan tersebut terhaadap masyarakat. Selain itu
sosiologi juga bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin
dapat dipergunakan untuk dapat memecahkan persoalan0-persoalan masyarakat.
4) Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan
yang kongkret. Artinya, bahwa yang diperhatikannya adalah bentuk dan pola-pola
peristiwa dalam masyarakat, tetapi bukan wujudnya yang kongkret.
5) Sosiologi
bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum.
Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hokum-hukum umum
dari interaksi antarmanusia dan juga perihal sifat hakikat, bentuk isi, dan
struktur mssyarakat manusia.
6) Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional.
7) Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuanyang
khusus. Artinya, sosiologi mempelajari gejala yang umum ada pada setiap
interaksi antarmanusia.
Kesimpulannya,
sosiologi adalah ilmu social yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari
pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris, serta bersifat umum.
5. Cirri-ciri
sosiologi
Cirri-ciri
sosiologi antara lain :
1) Sosiologi
bersifat empiris, karena didasarkan pada pengamatan (observasi)
terhadap kenyataan
social dan hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2) Sosiologi
teoritis, artinya sosiologi selalu berusaha untuk menyusun kesimpulan
dari hasil observasi
untuk menghasilkan teori keilmuan.
3) Sosiologi
bersifa kumulatif, artinya teori dalam sosiologi dibentuk atas dasar teori
yang sudah ada
sebelumnya kemudian diperbaiki, diperluas, serta diperdalam.
4) Sosiologi
bersifat nonetis, artinya sosiologi tidak mempersoalkan baik buruknya
fakta, tetapi yang
lebih penting adalah menjelaskan fakta tersebut secara analitis
dan apa adanya.
6. Manfaat
Sosiologi
Berikut disebutkan beberapa manfaat
mempelajari Sosiologi, diantaranya :
1) Sosiologi
dapat memberikan pengetahuan tentang pola-pola interaksi sosial yang terjadi
dalam masyarakat. Melalui pengetahuan tentang pola-pola interaksi sosial
tersebut, kita akan dapat mengenal dengan lebih jelas siapa diri kita dalam
dalam konteks hubunganantara pribadi dan pribadi, pribadi dan kelompok, serta
kelompok dan kelompok.
2) Sosiologi
dapat membantu kita untuk mengontrol atau mengendalikan setiap tindakan dan
perilaku kita dalam kehidupan bermasyarakatSosiologi mampu mengkaji status dan
peran kita sebagai anggota masyarakat, serta dapat melihat dunia atau budaya
lain yang belum kita ketahui sebelumnya.
3) Dengan
bantuan sosiologi, kita akan semakin memahami nilai, norma, tradisi dan
keyakinan yang dianut oleh masyarakat lai serta memahami perbedaan yang ada.
Tanpa hal itu, menjadi alas an untuk timbulnya konflik diantara anggota
masyarakat yang berlaku.
4) Bagi
kita sebagai generasi penerus kehidupan, mempelajari sosiologi membuat kita
lebih tanggap, kritis dan rasional menghadapi gejala-gejala sosial masyarakat
yang semakin kompleks dewasa ini serta mampu mengambil sikap serta tindakan
yang tepat dan akurat terhadap setiap situasi yang kita hadapi sehari-hari.
5) Memahami
hubungan antarmanusia serta manusia
dengan lingkungannya.
6) Memahami
perkembangan kebudayaan, dan dengan demikian akan memudahkan penyusunan rencana
perubahan sosial.
7) Memahami
istilah, kode, symbol, tingkah laku, serta perubahan sosial individu dalam
masyarakat.
7. Kegunaan
Sosiologi dan Peran Sosiologi
Berikut beberapa kegunaan sosiologi dan
peran sosiologi :
1) Kegunaan
sosiologi dalam perencanaan sosial
Perencanaan sosial adalah suatu kegiatan
untuk mempersiapkan masa depan kehidupan manusia dalam masyarakat secara ilmiah
yang bertujuan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah pada masa-masa
terjadi perubahan. Pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
seperti sekarang ini, tidak sedikit kemungkinannya dapat berpengaruh pada
kehidupan manusia, baik positif maupun negatif. Secara sosiologis, perencanaan
ini didasarkan pada perincian pekerjaan
yang harus dilakukan dalam rangka mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Dengan hadirntya teknologi baru, berarti perlu persiapan untuk menggunakannya
dengan meningkatkan kemampuan masyarakat.
Dalam perencanaan sosial dibutuhkan
usaha-usaha yang lebih komunikatif dalam hubungan sosial sehingga kesepakatan
bersama dalam suatu kerja kolektif dapat dicapai.
Dalam hal ini peranan ahli sosiologi
adalah mengkoordinasikan antara potensi, disiplin dan kegiatan segenap
masyarakat dengan anjuran yang ada dalam perencanaan.
2) Kegunaan
sosiologi dalam penelitian
Sosiologi memiliki metode-metode
penelitian sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Objek
penelitiannya mencakup hamper semua sapek kehidupan manusia. Tugasnya adalah
mencari dan menemukan data factual
tentang kebenaran yang terlepas dari nilai-nilai subyektif.
3) Kegunaan
sosiologi dalam pembangunan
Pada masa perkembangan masyarakat dewasa
ini, nampaknya konsep pembangunan sudah merupakan suatu ideology yang
menggambarkan kegiatan-kegiatan dalam upaya mengejar pertumbuhan dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Soerjono Soekanto, bahwa suatu proses
pembanguna biasanya dikaitkan dengan pandangan yang optimis, yang berwujud
dalam usaha-usaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih daripada apa yang
telah dicapai.
Di dalam pencapaian taraf hidup tadi,
maka dapat ditempuh cara-cara sebagai berikut :
a)
Struktural;
perencanaan, pembentukan dan evaluasi
lembaga kemasyarakatan, prosedurnya
serta pembangunan secara kebendaan.
b)
Spiritual;
pembentukan watak dan pendidikan di
dalam penggunaan cara-cara berpikir dalam ilmu pengetahuan dan teknologi atau
dua-duanya.
Pokus
utama yang menjadi prioritas dalam pembangunan adalah usaha untuk mencapai
perbaikan ekonomi dan cara berpikir masyarakat yang tidak hanya terbatas pada
golongan elit saja, melainkan secara menyeluruh dan merata sampai pada lapisan
terbawah.
Menurut
Soerjono Soekanto, kegunaan sosiologi bagi pembangunan dapat diidentifikasikan
dengan beberapa hal berikut, diantaranya :
a)
Pada
tahap perencanaan, sosiologi dapat berguna
di dalam mengadakan identifikasi-identifikasi terhadap kebutuhan-kebutuhan
siosial, pusat perhatian sosial, stratifikasi sosial, pusat-pusat kekuasaan,
serta system saluran-saluran komunikasi sosial.
b)
Pada
tahap pelaksanaan, sosiologi dapat
berguna untuk mengadakan identifikasi
terhadap kekuatan-kekuatan sosial dalam masyarakat serta mengamati proses
perubahan sosial yang terjadi.
c)
Pada
taraf evaluasi, dapat diadakan suatu analisis
terhadap efek-efek sosial dari pembangunan tersebut.
Pembangunan
menurut konsep sosiologi adalah proses peningkatan taraf hidup masyarakat yang
didasarkan pada realitas sosial; mungkin cara ini akan lebih baik daripada
pembangunan yang harus ditentukan atas dasar kepentingan penguasa. Dengan cara
ini masyarakat dapat menikmati dan memahami hasil pembangunan sesuai dengan
cita-cita dan harapan mereka.
8) Kegunaan
sosiologi dalam pemecahan masalah sosial
Roucek dan Warren (1984) mengatakan,
bahwa masalah sosial adalah masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat itu
sendiri.
Secara umum, ada dua metode dalam
penanggulangan masalah sosial, yaitu metode yang bersifat preventif dan metode
yang bersifat represif.
a)
Metode
preventif dilakukan dengan mengadakan penelitian
yang mendalam terhadap kemungkinan gejala-gejala sosial yang dapat menimbulkan
masalah-masalah sosial.
b)
Metode
represif adalah proses penanggulangn secara
langsung terhadap masalah sosial yang sedang tumbuh dan dirasakan oleh
masyarakat; artinya tindakan penanggulangan baru akan dilakukan setelah
gejala-gejala sosial itu dapat dipastikan sebagai masalah sosial.
Ada
beberapa metode untuk menanggulangi masalah sosial, yaitu :
a) Metode
coba-coba (trial and error methods), yaitu
cara penanggulangan masalah sosial yang paling sederhana.
b)
Metode
analisis, yaitu cara penanggulangan masalah sosial
dengan melakukan penelitian-penelitian secara ilmiah.
c)
Perencanaan
sosial, yaitu suatu metode yang didasarkan pada
fakta-fakta menurut hasil penelitian-penelitian ilmiah dan bukan berdasarkan
pengalaman-pengalaman praktis atau penelitian-penelitian tanpa perhitungan.
B. Metode
Sosiologi
Ada banyak metode yang
digunakan dalam studi sosiologi, namun kami akan menjelaskan hanya beberapa
metode saja, diantaranya sebagai berikut :
1. Metode
observasi partisipan
Maksudnya adalah pengumpulan data dalam
suatu penelitian yang dalam pelaksanaannya, peneliti tinggal bersama-sama
dengan komunitas masyarakat yang akan diteliti dalam waktu yang relative lama.
Kelebihan metode ini adalah, data yang dikumpulkan lebih detail, lengkap, luas
dan mendalam, serta akuran. Kelemahannya adalah metode ini beresiko tinggi,
besar tantangan dan memerlukan perjuangan tinggi.
8. Metode
observasi langsung
Maksudnya adalah metode pengumpulan data
dengan mengamati langsung terhadap kondidi objek. Metode ini merupakan metode
yang mudah dan murah.
9. Metode
wawancara
Metode ini biasanya digunakan untuk
memperoleh data pendamping terhadap data yang diperoleh dari metode lain.
Kelebihannya adalah peneliti dapat memperoleh data lebih lengkap dan luas
dengan cara menggali informasi dari pertanyaan-pertanyaan yang kita lontarkan
kepada responden.
C. Sejarah
Perkembangan Sosiologi
Bapak sosiologi adalah
Aguste Comte, seorang ahli filsafatndari perancis yang lahir pada tahun 1798
dan meninggal pada tahun 1853. Sebenarnya pada akhir abad pertengahan ilmu
khaldun (1332-1406), yang mengemukakan tentang beberapa prinsip pokok untuk
menafsirkan kejadian-kejadian social dan peristiwa-peristiwa sejarah karena
jauh sebelum Comte ia telah mengemukakan tentang prinsip-prinsip sosiologi
dalam bukunya yang berjudul Muqodimah Augusyte iri Comte mencetuskan pertama
kali nama sociology dalam bukunya yang berjudul Positive Philoshopy yang terbit
pada tahun 1838.
Comte
menganggap bahwa semua penilitian tentang masyarakat telah mencapai tahap
terakhir, yakni tahap ilmiah, oleh karenanya ia menyarankan semua penelitian
tentang masyarakat ditingkatkan menjadi ilmu yang berdiri sendiri, lepas dari
filsafat yang merupakan induknya. Pandangan Comte yang dianggap baru pada waktu
itu adalah bahwa sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang
sistematis, dan bukan pada kekuasaan serta spekulasi. Disamping mengemukakan
istilah sosiologi untuk ilmu baru yang berasal dari filsafat masyarakat ini.
Comte juga merupakan orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi
sosiologi dari ilmu-ilmu lainnya. Dalam sistematika Comte, sosiologi terdiri
atas dua bagian besar, yaitu sosiologi static dan sosiologi dinamik. Sosiologi
static diibaratkan dengan anatomi social atau masyarakat, sedangkan sosiologi
dinamik berbicara tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Istilah
sosiologi menjadi lebih popular setelah setengah abad kemudian berkat jasa dari
Herbert Spencer, ilmuan inggris yang menulis buku berjudul Principles Of
Sociology (1876), yang mengulas tentang sistematika penelitian masyarakat.
Perkembangan sosiologi semakin mantap, setelah pada tahun 1985 seorang ilmuan
prancis bernama Emmile Durkheim menerbitkan bukunya yang berjudul Rules Of
Sociological Method. Dalam buku yang melambungkan namanya itu, Durkheim
menguraikan tentang pentingnya metodologi ilmiah dan teknik pengukuran
kuantitatif di dalam sosiologi untuk meneliti fakta social. Misalnya dalam
kasus bunuh diri (Suicide). Banyak pihak kemudian mengakui bahwa Durkhein
sebagai “Bapak Metodologi Sosiologi”. Durkhein bukan saja mampu melambungkan
perkembangan sosiologi doi Prancis, tetapi bahkan berhasil mempertegas
eksistensi sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan ilmiah (Sains) yang
terukur, dapat diuji, dan objektif.
Perintis
sosiologi yang lain adalah Max Weber. Pendekatan yang digunakan Weber berbeda
dari Durkheim yang lebih menekankan pada penggunaan metodologi dan teknik-teknik
pengukuran kuantitatif dari pengaruh factor-faktor eksternal individu. Weber
lebih menekankan pada pemahaman ditingkat makna dan coba mencari penjelasan
pada factor-faktor internal individu. Misalnya tentang tindakan social.
Tindakan social merupakan prilaku individu yang diorientasikan kepada pihak
lain, tetapi bermakna subjektif bagi actor atau pelakunya. Makna sebenarnya
dari suatu tindakan hanya dimengerti oleh pelakunya.
1. Permulaan
Sosiologi di Indonesia
Walau pada hakikatnya para pujangga dan pemimpin Indonesia belum
pernah mempelajari teori-teori formal sosiologi sebagai ilmu pengetahuan,
banyak diantara mereka yang telah memasukkan unsur-unsur sosiologi ke dalam
ajaran-ajarannya. Ajaran Wulung Reh yang
diciptakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta antara lain
mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa
2. Perkembangan
Sosiologi Sesudah Perang Dunia Kedua
Setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia, seorang sarjana Indonesia, yaitu Soenario Kolopaking,
untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi (1948)pada akademi ilmu Politik
di Yogyakarta). Beliau memberikan kuliah-kuliah dalam Bahasa Indonesia.
Sebelumnya yaitu sebelum Perang Dunia Kedua, semua kuliah diberikan dalam
bahasa Belanda.
Buku sosiologi dalam
bahasa Indonesia mulai diterbitkan sejak satu tahun setelah pecahnya revolusi
fisik, yaitu Sosiologi Indonesia oleh Djodi Gondokusumo. Selanjutnya
dapatlah dikemukakan buku karangan Hassan Shadly dengan judul Sosiologi
Untuk Masyarakat Indonesia yang merupakan buku pertama dalam bahasa
Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi yang modern.
Penelitian-penelitian
sosiologis di Indonesia belum mendapat tempat yang sewajarnya karena masyarakat
masih terlampau percaya pada angka-angka yang relative mutlak. Sosiologi tidak
akan mungkin menghasilkan hal-hal yang berlaku mutlak, karena masing-masing
manusia mempunyai kekhususan sehingga sulit sekali menerapkan sosiologi secara
umum.
D. Hubungan
Sosiologi dengan Ilmu Sosial Lainnya
Sosiologi sebagai ilmu
tentang masyarakat, khususnya tentang struktur sosial dan proses-proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial, pada prinsipnya merupakan keseluruhan
jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial
(norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial kelompok serta lapisan sosial.
Dalam hal ini, proses sosial yang merupakan pengaruh timbale balik antara
kehidupan ekonomi dengan segi budaya, antara segi kehidupan religi dengan
hokum, maupun antara kehidupan politik dengan agama, dan sebagainya. Pada
hakikatnya, sosiologi memiliki cukupan yang sangat luas tentang masyarakat.
Begitupun pada ilmu-ilmu sosial, seperti dinyatakan Calhoun dalam Sosial
Science in an Age of Change (1971:42) dikemukakan sebagai the study of the
group behavior of human beings atau studi tentang tingkah laku kelompok umat
manusia.
Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap
yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat karena ilmu-ilmu tersebut belum
lama berkembang, sedangkan yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang
selalu berubah-ubah. Karena sifat masyarakat yang selalu berubah-ubah, hingga
kini belum dapat diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur
di dalam masyatrakat secara lebih mendalam. Namun, kita akan membahas tentang
hubungan sosiologi dengan ilmu sosial terlepas dari hal tersebut. Adapun
hubungan antara sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya adalah sebagai
berikut :
1. Hubungan
Sosiologi dengan Ilmu Ekonomi
Sebagaimana
banyak dikemukakan para ahli ilmu ekonomi merupakan kajian untuk memperoleh
barang-barang dan jasa produksi, distribusi, serta konsumsi. Suatu hubungan
ataupun mata rantai penting antara ekonomi dengan sosiologi adalah keduanya
merupakan basis sosial tentang perilaku ekonomi. Hubungan antara ekonomi dan
sosiologi bahwa ekonomi yang merupakan basis perilaku sosial yang ikut
menentukan tipe dan bentuk interaksi mereka. Para ahli sosiologi mengakui bahwa
ekonomi dan material itu memiliki pengaruh atas minat serta motivasi kerja pada
masyarakat (Popenoe, 1983:7).
2. Hubungan
Sosiologi dengan Ilmu Politik
Ilmu
politik memusatkan perhatiannya pada pemerintah dan penggunaan kekuasaan
politik. Para akademisi melihat ilmu politik terutama dari gagasan di belakang
system pemerintah pada operasi proses politik itu, begitupun para ahli
sosiologi. Pada sisi lain, para ahli sosiologi menjadi lebih tertarik pada
pertanyaan perilaku politik. Di tahun terakhir, ilmu politik dan sosiologi
sudah berkembang semakin mendekat bersama-sama dalam metode, pokok kajian, dan
konsep dan hal it uterus semakin meningkat dan sukar untuk menggambarkan suatu
garis pemisah diantara mereka (Popenoe, 1983:7).
3. Hubungan
Sosiologi dengan Ilmu Sejarah
Dalam
hal ini, ilmu sejarah melihat ke belakang untuk menggambarkan suatu peristiwa,
urutan, dan makna tentang peristiwa yang lampau itu. Penyelidikan sejarah telah
bergeser dari laporan tentang orang-orang dan tempat-tempat untuk menggambarkan
kecendrungan sosial yang luas dari waktu ke waktu. Di dalam putaran mereka,
para ahli sosiologi banyak meminjam peranan penyelidikan historis. Mereka telah memiliki gambaran menarik atas
sejarah, sebagai contoh untuk membandingkan pengaruh sosial industrialisasi di
Negara-negara Barat pada tahun 1800-an
dengan pengaruh industrialisasi sekarang di Negara-negara yang
berkembang, khususnya di Asia –Afrika. Acuan historis akan sering digunakan
dalam teks ini untuk menerangkan kepada banyak orang tentang peristiwa sosial
sekarang.
4. Hubungan
Sosiologi dengan Psikologi
Psikologi
berhadapan dengan sebagian besar proses mental manusia. Psikologi mempelajari
tentang operasi pikiran yang logis, alasan, persepsi, mimpi-mimpi, dan
kraeaktifvitas, seperti halnya ketika neurosis, konflik mental, dan berbagai
macam emosi. Psikologi jelas berbeda dengan sosiologi karena dalam kajian
psikologi memusatkan pada pengalaman individu dibandingkan dengan sosiologi
yang menekankan kelompok sosial. Akan tetapi, psikologi sosial kajiannya dengan
cara memahami kepribadian dan perilaku yang dipengaruhi oleh individu-individu
sosial adalah berhubungan erat dengan sosiologi. Hal itu mendukung metode dan
disiplin pengetahuan kedua-duanya.
5. Hubungan
Sosiologi dengan Antropologi
Antropologi
adalah studi biologi manusia dan kebudayaannya dalam semua periode dan dalam
semua bagian-bagian dari dunia itu. Sebagai perbandingan, sosiologi lebih
memusatkan pada peradaban modern yang
relative maju. Para ahli sosiologi banyak meminjam konsep-konsep dan pendekatan
antropologi.
D. Sosiologi
Pendidikan
1. Sejarah
Sosiologi Pendidikan
Sosiologi
pendidikan berawal dari sosiologiumum atau sosiologi mikro (micro sociology)
yang muncul pada abad ke-18. Ilmu sosiologi mulai melepaskan diri ilmu filsafat
dan berdiri sendiri sejak abad ke-19.
Masyarakat
mengalami perubahan sosioal yang cepat. Perubahan social menimbulkan culturallag.
Culturallag merupakan sumber masalah-masalah social yang dialami dunia
pendidikan. Para ahli sosiologi menyumbangkan pemikirannya untuk memecahkan
masalah itu, hingga lahirlah sosiologi pendidikan.
Ditinjau
dari segi etimologi istilah sosiologi pendidikan terdiri dari dua kata yaitu
Sosiologi dan pendidikan. Sepintas jelas bahwa dalam sosiologi, karena situasi
pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan social, yaitu hubungan dan
pergaulan social antara pendidik dengan anak didik, pendidik dengan pendidik,
pegawai dengan anak-anak. Hubungan dan pergaulan social ini secara totalitas,
merupakan suatu bentuk keluarga ialah keluarga sekolah, di mana dapat tumbuh dan
berkembang di masyarakat.
Ditinjau
dari perspektf sebab lahirnya sosiologi pendidikan adlah dikarenakan adanya
perkembangan masyarakat yang cepat dan berakibat pada merosotnya peran
pendidik, dan perubahan interaksi antarmanusia. Dikarenakan manusia tumbuh dan
berkembang bukan di sekolah melainkan di masyarakat.
2. Ruang
Lingkup Sosiologi Pendidikan
Sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan telah memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang,
metode dan susunan pengetahuan yang jelas. Objek penelitiannya adalah tingkah
laku individu dan kelompok. Sudut pandangnya memandang hakikat masyarakat,
kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuannya terdiri
dari konsep dan prinsip mengenai kehidupan kelompok social, kebudayaan dan
perkembangan pribadi. Objek penelitian
sosiologi pendidikan adalah perilaku social, yaitu perilaku manusia dan
institusi social yang terkait dengan pendidikan. Perilaku itu hanya dapat
dimengerti dari tujuan, cita-cita atau nilai-nilai yang dikejar. Seperti dalam
terminology sosiologi, sosiologi pendidikan berbicara tentang pandangan tentang
kelas, sekolah, keluarga, masyarakat desa, kelompok masyarakat dan sebagainya,
masing-masing terangkum dalam wilayah suatu system sosial.
Francis Brown (1961)
mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memerhatikan pengaruh keseluruhan
lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan
mengorganisasi pengalamannya. S. Nasution (2009) mengatakan bahwa sosiologi
pendidikan adalah ilmu yang berusaha
untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memperoleh
perkembangan kepribadian individu. Dari
beberapa pengertian telah dikemukakan beberapa konsep tentang tujuan sosiologi
pendidikan sebagai berikut :
1) Sosiologi
pendidikan bertujuan untuk menganalisis
proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah maupun dalam masyarakat.
2) Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social.
3) Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat.
4) Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang terdidik/
berpendidikan dalam kegiatan sosial.
5) Sosiologi
pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Di Indonesia,
pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi
dasar untuk menentukan tujuan pendidikan nasional serta tujuan pendidikan lain.
6) Sosiologi
pendidikan bertujuan member kepada pendidik (termasuk para peniliti dan mereka
yang terkait dalam bidang pendidikan) dengan latihan yang efektif dalam bidang
sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangan solusi kepada masalah pendidikan.
Tujuan sosiologi
pendidikan, pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan
pendidikan.
E.
Bentuk –Bentuk Kemasyarakatan Dan Jenis Hukum
1. Klasifikasi Bentuk-bentuk Kemasyarakatan
Klasifikasi horizontal dari bentuk-bentuk
kemasyarakatan berkembang pada dua tingkat kedalaman yang berlainan :
Kemasyarakatan yang langsung dan spontan, dan
kemasyarakat yang terorganisasi dan direfleksikan. Kemasyarakatan yang spontan
dijelmakan dalam keadaan-keadaan langsung (spontaneous states) dari akal
budi kolektif, baik berupa praktek–praktek yang dibimbing oleh pola yang luwes,
maupun perbuatan-perbuatan kolektif yang melahirkan hal-hal baru serta bersifat
kreatif. Kemasyarakatan yang berorganisasi, sebaiknya, terikat pada pola
tingkah laku kolektif dalam arti dibimbing oleh pola-pola yang bau (chrystalized)
dalam skema-skema yang dibuat dengan sengaja, yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan terpusat (centralized). Sebaliknya, kemasyarakatan yang
terorganisasi menjalankan sanksi-sanksi (sanctions) dan
pemaksaan-pemaksaan dari luar. Kemasyarakatan yang terorganisasi ini terpencil,
jauh terpisah oleh jurang adakalanya lebar, adakalanya sempit dari struktur
bawah (infrastructure) yang spontan, sedang struktur bawah ini
dalam keadaan0keadaan tertentu dapat menjadi transcendent. Watak atau
corak struktur-struktur atas (superstructures)
tergantung kepada sifat sampai dimana ia dikelilingi oleh struktur-struktur
bawah yang spontan dan dalam bentuk-bentuknya yang khusus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian-uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa sosiologi merupakan suatu
ilmu yang sangat penting untuk dipelajari untuk semua golongan lebih-lebih bagi
kita para penerus Bangsa dan Negara, guna mencapai tujuan yang diharapkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Karena dalam ilmu sosiologi tersebut, dijelaskan bagaimana
kita berinteraksi dalam masyarakat luas pada umumnya, dan bagaiman kita harus
mampu menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul akibat dari interaksi
dalam masyarakat itu sendiri.
B. Saran
Setelah
mempelajari dan memahami materi tentang sosiologi atau tentang tata cara kita
bermasyarakat pada makalah ini kita diharapkan mampu berinteraksi sosial dengan
baik dalam kehidupan bermasyarakat, baik kaitannya interaksi secara individu
maupun interaksi secara kelompok, sehingga dapat terjalin hubungan yang
harmonis, aman, dan tentram dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat
sebagaimana yang kita harapkan bersama.
Berkaitan
dengan isi masalah, kami sangat menyadari makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Jadi, kami harapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun
dari para pendengar maupun para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar